
Muara Enimm, Inmas
Berlokasi di Masjid Asa’i guru madrasah aliyah negeri 1 Muara Enim Syarif Husin, S.Pd.I mengisi khutbah pada hari raya Idul Adha 1441H. Materi dalam khutbah Idul Adha 1444 H/2023M ini di antaranya menggambarkan kisah pengorbanan Nabi Ismail dan ayahnya, Nabi Ibrahim. Kisah tersebut menjadi pelajaran bagi kita, salah satunya bagaimana membangun komunikasi dalam keluarga.
10 Dzulhijjah, merupakan hari yang sangat mulia, hari yang sarat akan ibadah beserta keutamaan-keutamaannya. Saudara-saudara kita tengah melaksanakan ibadah haji di Makkah, sedangkan kita menjalankan shalat Idul Adha. Di hari ini, kita juga diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban.
“Hari Raya Idul Adha tidak akan bisa terlepaskan dari sebuah kisah ribuan tahun lalu, saat Nabi Ibrahim AS diberi cobaan yang sangat berat. Di usianya yang menginjak 86 tahun, ia begitu senang karena dikaruniai seorang anak yang sangat salih sebagaimana yang ia panjatkan dalam doanya Rabbi hab lii minasshalihin” yang maknanya Duhai Tuhanku, karuniakanlah bagiku keturunan yang salih. Allah SWT pun mengabulkannya dengan menciptakan Nabi Ismail AS melalui rahim Siti Hajar”, jelas Syarif Husin.
“Namun, saat putra yang begitu ia cintai beranjak besar, diperintahkan melalui sebuah mimpi untuk mengorbankannya. Dalam suatu hadits Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa mimpi bagi seorang nabi merupakan wahyu. Namun, pada mulanya, Ibrahim ragu dengan perintah tersebut. Akan tetapi, mimpi tersebut berulang kembali pada malam berikutnya. Dengan begitu, ia yakin bahwa mimpi tersebut merupakan perintah yang harus ditaati”, imbuh Syarif Husin.
Dalam kisah nabi Ibrahim ini menunjukkan cara berkomunikasi yang baik dengan tidak tiba-tiba langsung mengeksekusi putranya. Dengan tenang, ia menceritakan duduk perkaranya, apa yang telah dialaminya, dan perintah yang ia terima melalui mimpi tersebut. Ia pun meminta pertimbangan atas perintah tersebut kepada putranya. Sementara itu, sebagai anak yang salih, Nabi Ismail menurut dan pasrah akan perintah tersebut. (Kmd)